SinodeGKITP.Com Jayapura, 24 Oktober 2024 – Gereja Kristen Injili (GKI) Di Tanah Papua berhasil mencapai tonggak penting dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan di wilayah tersebut. Dalam sebuah acara yang berlangsung hari ini, GKI Papua resmi merampungkan proses penyatuan seluruh yayasan pendidikan yang berada di bawah naungannya.
Dalam sebuah langkah strategis untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Tanah Papua, GKI Di Tanah Papua resmi menyatukan tiga yayasan pendidikan kristen yang dimiliki selama ini berdiri sendiri. Yayasan Izack Samuel Kijne, Yayasan Ottow Geisler, dan Yayasan Pendidikan Kristen Tanah Papua kini telah bergabung menjadi satu kesatuan.
Penyatuan ini merupakan tonggak sejarah bagi GKI Di Tanah Papua, menandai babak baru dalam upaya mewujudkan visi gereja untuk menjadi pelopor dalam bidang pendidikan. Dengan menggabungkan sumber daya dan potensi dari ketiga yayasan tersebut, diharapkan dapat tercipta sinergi yang kuat dalam pengelolaan lembaga pendidikan.
GKI Di Tanah Papua kini mengelola total 183 sekolah yang tersebar di 6 provinsi di Tanah Papua, dengan jumlah peserta didik mencapai 24.521 orang. Jaringan pendidikan ini mencakup 1 Sekolah Tinggi dengan 945 mahasiswa dan 2 dosen tidak tetap serta 14 dosen tetap, 1 Universitas dengan 1.904 mahasiswa dan 71 dosen tetap, serta sekolah-sekolah menengah dan dasar lainnya. Dengan jumlah guru sebanyak 1.482 orang dan tenaga kependidikan 336 orang, GKI Di Tanah Papua berkomitmen untuk terus meningkatkan kualitas pendidikan di Tanah Papua.
Ketua Panitia Penyatuan, Pdt. Samuel Koirewoa M.Th Sekertari Departemen Pendidikan SDM dan Kebudayaan GKI Di Tanah Papua, dalam sambutannya menyampaikan bahwa penyatuan yayasan pendidikan ini merupakan langkah nyata dalam mewujudkan visi GKI Di Tanah Papua untuk menjadi gereja yang mandiri dan relevan dengan kebutuhan zaman. “Melalui penyatuan ini, kita berharap dapat meningkatkan kualitas pendidikan di Papua dan mencetak generasi muda yang mampu membawa perubahan positif bagi masyarakat,” ujarnya. Samuel Koirewoa.
Penyatuan ketiga yayasan pendidikan ini bukan hanya sekadar langkah strategis, tetapi juga merupakan perwujudan komitmen GKI Di Tanah Papua dalam melanjutkan warisan pendidikan Kristen di Tanah Papua. Sejak awal, pendidikan telah menjadi bagian integral dari misi gereja untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Dengan menyatukan sumber daya, GKI Di Tanah Papua ingin mengoptimalkan pengelolaan keuangan yayasan, sejalan dengan prinsip stewardship yang diajarkan dalam Alkitab. Melalui penyatuan ini, diharapkan dapat meningkatkan kualitas pendidikan, memperluas akses bagi masyarakat, serta melibatkan seluruh anggota jemaat dalam upaya membangun generasi muda yang beriman dan berkarya.
Dr. Richard I. Risambessy, Ms, CS, CPA, CRP, Asean CPA menyampaikan bahwa “Dengan adanya penyatuan ini, diharapkan dapat tercipta sistem pengelolaan keuangan yang lebih transparan dan akuntabel, sehingga dana yang terkumpul dapat digunakan secara efektif dan efisien untuk meningkatkan kualitas pendidikan di seluruh lembaga yang berada di bawah naungan GKI Di Tanah Papua..” Ujar Bu-Richard yang biasanya di sapa dalam kalangan Kristen.
Penyatuan ini juga diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas tata kelola keuangan yayasan. Dengan adanya sistem yang terintegrasi, transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan dapat ditingkatkan. Hal ini sejalan dengan prinsip-prinsip good governance yang menjadi tuntutan zaman dan sesuai dengan tema sentral GKI Di Tanah Papua.
“Samuel Sera Chadi Erari, S.H., M.Kn., Ketua Pengurus Wilayah Papua INI, memberikan apresiasi atas langkah GKI Di Tanah Papua dalam menyatukan ketiga yayasan pendidikan. Menurut beliau, proses penggabungan ini tidak hanya memiliki makna teologis, tetapi juga memiliki implikasi hukum yang sangat penting. ‘Legalisasi melalui akta notaris merupakan langkah yang tepat untuk memberikan kepastian hukum dan perlindungan bagi semua pihak yang terlibat. Notaris akan memastikan bahwa seluruh prosedur hukum telah dipenuhi dan kepentingan semua pihak terlindungi. Selain itu, notaris juga dapat berperan sebagai mediator dalam menyelesaikan berbagai permasalahan yang mungkin timbul,’ ujar Erari.”
“Samuel Sera Chadi Erari, S.H., M.Kn., menegaskan bahwa legalisasi melalui akta notaris memiliki banyak manfaat bagi yayasan pendidikan Kristen yang baru terbentuk. Selain memberikan kepastian hukum dan perlindungan bagi semua pihak yang terlibat, legalisasi juga akan meningkatkan stabilitas, kredibilitas, dan kepercayaan publik terhadap yayasan. Dengan demikian, yayasan dapat lebih fokus pada tugas utamanya, yaitu meningkatkan kualitas pendidikan. Selain itu, melalui mekanisme ADRT yang tertuang dalam akta notaris, berbagai potensi konflik dapat diselesaikan secara internal, cepat, dan efisien.”.
Penyatuan Ketiga Yayasan ini berlanjut dengan Ibadah syukur tanggal 25 Oktober 2024 yang digelar di Jemaat GKI I. S. Kijne Padang Bulan Kompleks Kampus STFT GKI I. S. Kijne Abepura dengan mengudang semua pihak yang terlibat Langsung dalam Proses Penyatuan Yayasan. Ibadah ini bertujuan untuk merayakan penyatuan Yayasan Pendidikan Gereja Kristen Injili di Tanah Papua. Acara ini juga menjadi momen memperingati 99 tahun nubuat I.S. Kijne tentang peradaban orang Papua.