
- Pemimpin Rohani harus hidup dalam imannya sampai akhir (2:13) Ayat 13 adalah kelanjutan ayat 12, memberitahukan sampai kapan pertobatan harus terjadi dalam hidup seorang pemimpin rohani. Dengan kalimat lain, sampai kapan seorang pemimpin rohani hidup dalam pertobatan? Ayat 13 memberitahukan waktu atau lamanya seseorang harus hidup dalam pertobatan. (“…dengan menantikan penggenapan pengharapan kita.. dan penyataan kemuliaan Allah yang mahabesar dan Juru selamat kita Yesus Kristus..”). Kata penggenapan berhubungan dengan kata penyataan (= Yun: Epifania → Penyataan Tuhan Yesus ke 2x), terjadi saat Tuhan Yesus datang ke 2x (Eskhatologi belum terjadi). Pertobatan adalah proses yang harus terjadi seumur hidup. Artinya, sampai seseorang menghembuskan nafasnya yang terakhir atau sampai seseorang melihat kedatangan Tuhan Yesus ke dua kali. Seorang pemimpin rohani harus membuktikan iman percayanya setiap hari, seumur hidupnya. Juga harus hidup dalam pertobatan setiap hari seumur hidupnya (sampai menghembuskan nafasnya yang terakhir atau sampai seseorang melihat kedatangan Tuhan Yesus ke dua kali.
- Pemimpin Rohani harus mengetahui alasan meyakini Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya (2:14). Setiap orang harus tahu siapa yang dipilih menjadi Tuhan dalam hidupnya. Ketika menjatuhkan pilihan, seseorang harus tahu alasan mengapa dia memilih. (…Juru selamat kita Yesus Kristus, yang telah menyerahkan diri- Nya bagi kita untuk membebaskan kita… dan menguduskan bagi diri-Nya suatu umat kepunyaan-Nya sendiri…) (Ay.14). Allah telah mengerjakan bagian-Nya dengan memberikan Yesus Kristus bagi penyelesaian dosa-dosa manusia, melalui karya salib-Nya. Karya Yesus Kristus terus berlanjut sampai dengan hari ini. Dia menguduskan bagi diri-Nya suatu umat. kepunyaan-Nya sendiri. Artinya melalui Roh Kudus Dia melindungi. memelihara umat-Nya terhadap yang jahat, sampai Dia datang ke 2x. Yesus Kristus telah membuktikan bahwa Dia tidak akan meninggalkan umat-Nya, Dia akan bertanggungjawab sampai akhir (maranatha). Seorang pemimpin rohani, harus memilih dan memutuskan kepada siapa dia menyerahkan hidup dan mengapa dia harus mengabdi seumur hidup. Jika dia tidak tahu kepada siapa dia menyerahkan hidup, tidak tahu mengapa/alasan harus mengabdi, maka semua pikiran, sikap hati. perkataan, perbuatan/tindakannya, akan terlihat jelas dalam setiap sisi kehidupannya. Apa yang dia anggap dapat menyelesaikan semua masalah hidupnya, itulah “tuhan” dalam hidupnya. Apa yang diandalkan, didengungkan dalam semua sisi kehidupannya, itulah “tuhan” dalam hidupnya. Dia percaya Tuhan Yesus, tetapi tidak percaya Kuasa-Nya. Lebih percaya kuasa “tuhan-tuhan” nya, daripada Kuasa Tuhan Yesus sendiri.
Hal lain yang membahayakan bagi pemimpin rohani adalah tidak tahu/anggap remeh harga yang telah Tuhan bayar untuk jaminan keselamatannya. Seolah-olah keselamatan adalah kewajiban Tuhan yang harus Tuhan lakukan untuk dirinya. Atau keselamatan adalah usaha yang diupayakan dengan kekuatannya sendiri. Sikap tidak tahu dan meremehkan ini, akan melahirkan pemimpin rohani yang sering bermain- main dengan dosa. Kompromi dan toleransi dengan semua jenis dosa. Tidak ada beban berat/pergumulan sangat melihat perbuatan dosa (karena dia sendiri melakukan perbuatan dosa). Tidak mengherankan, seorang pemimpin rohani mampu berbuat dosa dalam berbagai bentuk dengan sadar/sengaja, tanpa memiliki rasa berdosa/bersalah (contoh: mampu melakukan kekerasan, pembunuhan, mencuri uang, perselingkuhan, perzinahan, dll), Dia menganggap harga keselamatan seperti “harga barang obral”, sangat murah, tidak perlu diperhitungkan! Seorang pemimpin rohani harus membuat pagar dalam hidupnya. Caranya adalah Evaluasi Diri (self corection) seumur hidup, seperti Daud (Maz.139:23-24). Daud meminta Allah menyelidiki dan menguji hati dan pikirannya. Daud bersedia dikoreksi Allah dan meminta Allah menuntun jalan hidupnya. Sikap Daud adalah gambaran betapa Daud sangat menghormati Allah. Daud sangat menyadari dan menghargai apa yang telah Allah lakukan bagi hidupnya.