MINGGU, 24 MARET 2024
KELENDER GEREJAWI : MINGGU SENGSARA VII
PEMBACAAN ALKITAB : LUKAS 22: 39-53
TEMA : DOA, SENJATA MENGHADAPI PENCOBAAN
LATAR BELAKANG
Kita sudah mencapai hari ini adalah hari ke-84, minggu ke-12 adalah minggu ke-4 dalam bulan ke-3 Maret tahun 2024 adalah minggu sengsara ke-7. Dalam minggu ke-4 bulan Maret, kita diarahkan kepada tema “pemberdayaan” dengan fokus triwulan 1 (satu) adalah: “TUHAN Sumber Utama Pemberdayaan”. Firman Tuhan yang mendatangi kita untuk merefleksikan makna pemberdayaan dan juga menggumuli semua karya kita sepanjang minggu ini, minggu sengsara ke-7 dari Lukas 22:39-53.
Perjalanan hidup Yesus di dunia dimulai dengan kenyataan yang tidak mudah. Lahir dalam keluarga yang sederhana, hidup dalam kesederhanaan dan berada di tengah-tengah lingkungan yang tidak selalu dapat menerima Yesus adalah kenyataan yang sering menempatkan Yesus dalam keadaan yang tidak mudah. Meskipun demikian, Yesus selalu mengambil waktu untuk menjalin hubungan dengan Allah Bapa di surga dalam doa.
Dalam pelayanan Yesus dari satu tempat ke tempat yang lain, tantangan dan pencobaan tidak pernah berhenti menjadi bagian kehidupan Yesus, bahkan dalam menjalani rencana Allah agar manusia tidak binasa, Yesus harus memberi diri ada dalam penderitaan yang berat bagi seorang manusia sampai akhirnya Yesus menghembuskan nafas terakhirnya. Tetapi Yesus selalu menjadikan doa sebagai senjata dan sumber kekuatan dalam menghadapi pencobaan sebagai seorang manusia yang berserah pada Allah Bapa.
Yesus memulai pergumulan yang berat di taman Getsemani. Getsemani arti Namanya pemerasan minyak. Waktu itu Yesus menuju ke lereng sebelah barat daya ke kebun zaitun yang disebut Getsemani. Dari Getsemani penderitaan terberat dimulai dan berakhir di Golgota, namun Yesus mengajarkan bagaimana seseorang tetap memberdayakan kesetiaan dan kasih dari dirinya dan tertuju kepada sesama atau orang lain, dan semua karya itu adalah bagian yang menyatukan, mengutuhkan dengan mengerjakan seluruh rencana Allah membentuk satu solidaritas, Persekutuan Allah di dalam dunia.
PENJELASAN TEKS
Ayat 39-40, di sini Yesus mengingatkan kita bahwa manusia itu lemah. Ajaran Yesus di Getsemani bagi para murid secara khusus adalah: “Berdoalah supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan.” Pencobaan membuat banyak orang termasuk para murid melupakan ajaran Yesus. Yesus tahu bahwa murid-murid- Nya lemah iman meskipun mereka selalu bersama-sama Yesus, sehingga Yesus menyarankan mereka untuk berdoa supaya mereka siap menghadapi kenyataan besar yang benar-benar akan menggoyahkan mereka.
Ayat 41-42, Yesus mengajarkan bahwa kita harus menjadi contoh dengan mempraktekkan ajaran yang kita berikan. Yesus menyadari bahwa bukan hal yang mudah bagi seorang manusia dalam menghadapi penderitaannya, dan sebagai manusia Yesus pun mengalaminya, sehingga Yesus memilih jalan berdoa untuk meminta kekuatan Allah. Keputusan untuk mengambil waktu berdoa dan mencurahkan isi hati-Nya kepada Allah adalah bukti bahwa sebagai manusia, Yesus tidak lari dari rencana Allah. Kenyataan bahwa la akan mengalami siksaan yang berat sebagai manusia sudah di depan mata dan dalam perasaan takut yang besar Yesus menunjukkan kesiapan-Nya menjalankan rencana Allah dengan berserah pada kehendak Allah. Kata-kata Yesus: “Ya Bapa-Ku jikalau Engkau mau, ambillah cawan ini dari pada-Ku; tetapi bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi” adalah sebuah bentuk kepasrahan pada kehendak Allah dalam kelemahan kemanusiawian.
Ayat 43-44, menjelaskan kepada kita bahwa dalam kelemahan kita Tuhan selalu hadir untuk menolong kita. Ayat 43 menjelaskan bahwa karena Yesus meminta dalam doa-Nya agar “kehendak Bapa yang jadi”, maka seorang malaikat dari langit menampakkan diri untuk memberi kekuatan kepada Yesus. Kekuatan itu bukti bahwa Allah tetap menjalankan kehendak-Nya melalui manusia Yesus meskipun rencana Allah adalah kenyataan yang sangat menyakitkan, sebab pengkhianatan, hujatan, penyangkalan dan siksaan demi siksaan akan dialami oleh Yesus baik dari para murid sebagai orang terdekat Yesus sampai para pembenci Yesus, meskipun kenyataan-Nya Yesus tidak berbuat kesalahan seperti yang dituduhkan kepada-Nya.Pada ayat 44, Yesus memilih menguatkan diri-Nya untuk sanggup menerima kehendak Allah yang tidak mudah itu dengan lebih bersungguh-sungguh lagi berdoa. Meskipun ketakutan dan kelemahan serta ketidakberdayaan mengubah rencana Allah menguasai Yesus, namun Yesus memberdayakan diri. Nya dengan jalan lebih bersungguh-sungguh lagi berdoa sehingga la dapat tetap setia kepada kehendak Bapa.
Ayat 45-46, kita harus memberdayakan orang lain agar mereka mengerti apa yang harus mereka lakukan menghadapi pencobaan. Yesus dalam situasi ketidakberdayaan-Nya menghadapi kehendak Allah yang berat bagi seorang manusia, Yesus mengingatkan sekaligus mengajarkan murid-murid-Nya agar mereka berdoa. Kelemahan mereka menguasai rasa mengantuk telah membuat mereka tertidur saat Yesus berdoa, sehingga Yesus mengingatkan mereka untuk berdoa sebab kenyataan yang akan menggoncangkan iman mereka hampir tiba. Yesus mempertegas bahwa berdoa dapat menolong seorang manusia untuk kuat menghadapi pencobaan yang berat dengan berkata: “berdoalah supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan.”
Ayat 47-48, pencobaan terbesar biasanya datang dari pengkhianatan orang terdekat. Yudas adalah salah seorang murid yang selalu bersama-sama Yesus di setiap pelayanan Yesus, namun ternyata Yudas menjadi orang yang menyerahkan Yesus dengan ciumannya. Ciuman adalah cara tradisional untuk pemberian salam di antara laki-laki, namun Yudas mencium Yesus untuk menunjukkan orang yang harus ditangkap sesuai dengan kesepakatan mereka. Yudas menjadi bukti bahwa tidak setiap orang terdekat adalah orang yang tulus mengasihi kita. Namun orang terdekat yang tidak setia dapat dipakai Tuhan untuk mewujudkan rencana Tuhan menjadi nyata lewat hidup kita.
Ayat 49-51, seorang pemenang adalah yang menghadapi pencobaan dengan kasih. Pada kedua ayat ini kembali lagi pengajaran Yesus menuntut bukti. Yesus pernah mengajarkan murid-murid-Nya untuk mengasihi sesama seperti diri sendiri (Hukum Kasih), dan dalam Doa Bapa Kami, Yesus mengajarkan mereka untuk berdoa : “ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami” (Mat.6:12), sehingga ketika Yesus ditangkap murid-murid-Nya bertanya “mestikah kami menyerang mereka dengan pedang?” Dan seorang dari mereka menyerang hamba Imam Besar sehingga putus telinga kanannya, Yesus menegur dengan berkata “sudahlah itu lalu Yesus menunjukkan kebaikan dengan menjamah telinga orang itu dan menyembuhkannya”. Sikap Yesus menunjukkan bahwa orang yang mau menerima rencana Allah dalam hidupnya tidak akan menghadapi kenyataan dengan emosi tetapi dengan kasih, sebab semua terjadi karena rencana Allah.
Ayat 52-53, hidup akan berjalan sesuai waktu Tuhan. Kenyataan yang tidak mudah telah terjadi pada Yesus dan murid-murid-Nya, namun semua ada dalam rencana Allah sehingga Yesus menerimanya. Kata-kata Yesus di ayat 53b “Tetapi inilah saat kamu, dan inilah kuasa kegelapan itu” menunjukkan bahwa telah tiba saatnya kegelapan menguasai murid-murid dan semua orang terdekat Yesus. Waktunya telah tiba bahwa goncangan iman bagi pengikut Yesus telah tiba. Namun bagi orang yang berserah pada Allah, ia akan siap menghadapinya karena kehendak Allah.
PENERAPAN
Tema ini mengingatkan kita untuk belajar dari Yesus yang menjadikan doa sebagai senjata dalam menghadapi pencobaan sehingga kita dapat menjalankan rencana Allah dalam kesetiaan seperti Yesus meskipun kenyataannya berat untuk dijalani oleh seorang manusia.
Jadi sebagai seorang yang beriman, seberat apapun kenyataan hidup kita, berdoa adalah jalan terbaik, sebab dalam doa ada penyerahan diri, dengan berdoa kita meminta kekuatan Allah sehingga kita diberi kesanggupan menghadapi setiap pencobaan dan kenyataan hidup dengan kasih dan pengampunan. Selain itu tugas kita adalah menjalankan kehendak Allah dengan setia sambil memberdayakan diri dan orang lain untuk mempraktekkan kebenaran yang diajarkan oleh Yesus.