Site icon Gereja Kristen Injili Di Tanah Papua

TEMA : “BERKAT DARI MENJUMPAI YESUS” MINGGU, 9 JUNI 2024 | KELENDER GEREJAWI : HARI SYUKUR – 48 TAHUN HDS IBU SARA – PA : MATIUS 26:6-13

MINGGU, 9 JUNI 2024 | KELENDER GEREJAWI : HARI SYUKUR – 48 TAHUN HDS IBU SARA

PEMBACAAN ALKITAB : MATIUS 26:6-13 | TEMA : BERKAT DARI MENJUMPAI YESUS

Tema :

KASIH KRISTUS MENGGERAKAN KEMANDIRIAN GEREJA, MEWUJUDKAN KEADILAN, PERDAMAIAN DAN KESEJAHTERAAN

LATAR BELAKANG

Menyiapkan renungan untuk pelayanan HDS Ibu SARA GKI di Tanah Papua yang ke-48 tahun, pada tahun 2024 dan dimasukkan ke dalam buku pegangan pelayanan tahun 2024 adalah upaya yang terwujud untuk pertama kali, sejak Sinode GKI mengeluarkan buku pegangan pelayanan tahunan. Dalam rangka HDS ibu SARA kita diberikan suatu tema yang lahir dari teks Matius 26:6-13 yaitu “Menjumpai Yesus dan Menjadi Berkat”, suatu seruan Yesus: Sesungguhnya di mana saja Injil ini diberitakan di seluruh dunia, apa yang dilakukannya ini akan disebut juga untuk mengingat dia (ay 13) Satu perbuatan baik pada momen yang tepat dengan figur yang hebat, maka perbuatan baik itu menjadi “viral” sepanjang abad dan masa.

 

PENJELASAN TEKS

Ayat 6-7 Tekad Perempuan Menjumpai Yesus

Salah satu peristiwa yang menyebutkan jelas tentang lokasi peristiwa, nama orang pemilik rumah dan benda yang digunakan dalam peristiwa itu, serta kondisi atau keadaan Yesus dan murid-murid-Nya, dijelaskan dengan baik pada ayat (6-7) ini, nama tempat peristiwa di Betania. Nama pemilik rumah saat perempuan itu datang adalah Simon si kusta. Benda yang digunakan perempuan itu adalah buli-buli pualam berisi minyak wangi. Pada Injil Markus dan Yohanes menyebutkan nama minyak, yaitu “Narwastu murni” (Markus 14:3, Yoh 12:3), kondisi saat peristiwa Yesus diurapi adalah saat “Yesus dan murid-murid-Nya sedang makan”. Membayangkan peristiwa yang terjadi 2024 tahun yang lalu, dengan satu perempuan sederhana yang memiliki “niat yang kuat untuk meminyaki Yesus” betapa kita merasa sangat kagum, senang, dan syukur, bahwa ada seorang perempuan dengan “nyali dan percaya diri yang kuat” bisa tembus dan melangkah begitu saja, mengabaikan keramaian suasana makan, dan ia melakukan sesuatu yang tidak mempunyai kaitan dengan “peristiwa makan dan minum”. Artinya bukan melakukan sesuatu seperti mengisi air di tempat minum, atau mengatur baki daging dan roti dan sayur. Tetapi apa yang dilakukannya tertulis dan diberikan suatu perikop atau judul “Yesus diurapi”. Ada jemari tangan perempuan, ada hati seorang perempuan, ada kekuatan seorang perempuan, semuanya digunakan untuk satu hal, yaitu “menjumpai Yesus”. Bertemu Yesus. Berhadapan dengan Yesus. Tidak bicara tetapi berbuat, berbicara dalam perbuatan.

Ayat 8-12 Perbuatan Perempuan dalam Dialog Yesus dan Murid-Murid-Nya di Meja Makan rumah Simon si kusta

Perempuan yang melakukan sebuah tindakan atau perbuatan sebagai suatu “komunikasi dalam tindakan” maka para murid pada siang itu, di meja makan mereka, mendapatkan semacam materi diskusi, yaitu merespons si penyaji materi “tindakan visual” minyak wangi yang mahal, dicurahkan hanya di kepala Yesus. Bila kita kembangkan keluar dari teks untuk menjawab reaksi para murid, misalnya: si perempuan setelah meminyaki kepala Yesus, lanjut meminyaki setiap kepala orang yang sedang makan, barangkali, reaksi yang muncul sangat boleh jadi menjadi positif, dan akan lahir suatu kalimat pujian, entahlah …

Materi diskusi berubah seketika, saat perempuan hadir ruang makan Simon si kusta, ruangan itu sekejap “harum-semerbak” dengan harum yang khas dari harum minyak narwastu yang mahal. Tadinya tidak ada diskusi sekitar minyak yang mahal, mungkin mereka sedang cerita tentang daging bakar yang enak, dengan bumbu sambal yang disajikan itu membuat selera makan meningkat, atau rasa anggur yang berbeda, atau suasana lagu khas yudaisme dalam iringan kecapi yang benar-benar membuat emosi ruang makan itu menjadi begitu menyatu dengan makanan dan lagu-lagu yang dinyanyikan. Suasana berubah. Perubahan itu datang dari “perempuan” dan “minyak wangi”, rupanya pelayanan dengan digunakan perempuan menjadi perbuatan yang “harumnya melebihi minyak narwastu yang wanginya terkenal pada masa itu, dan karena wanginya yang terkenal, maka minyak itu juga terkenal “mahal” untuk zaman itu, maka diskusi dimulai. Dua kalimat yang datang dari murid- murid Yesus adalah (1) untuk apa pemborosan; (2) uang hasil menjual minyak wangi yang mahal sangat cukup untuk diberikan kepada orang-orang miskin. Materi “tindakan visual perempuan” persepsi dari versi Yesus sangat berbeda, dan ini jawaban yang tidak diduga dan tidak dihayati oleh para murid Yesus yang sedang makan bersama. Tiga hal itu adalah: (1) la melakukan perbuatan yang baik; (2) Orang-Orang miskin selalu ada padamu, Aku tidak akan selalu ada bersama-sama kamu; (3) mencurahkan minyak ke tubuh-Ku, ia membuat suatu persiapan untuk penguburanku.

Apabila kita mengukur nilai dari keseluruhan peristiwa ini : (1) Perempuan yang meminyaki Yesus (2) Murid-murid yang merespons negatif ; (3) Yesus yang mengartikan tindakan perempuan meminyaki Yesus, artikan ke seluruh tahapan karya Allah yang berlangsung dalam seluruh perjalanan dan karya Yesus di dalam dunia. Maka peristiwa ini bukan peristiwa kecil dan biasa. tetapi peristiwa ini adalah dalam rentetan karya Allah. lagi-lagi “perempuan” terpilih untuk melakukannya, dan lagi-lagi “laki-laki” seolah-olah sebagai “penghalang” atas keberlangsungan karya Allah.

Kita sudah memasuki 48 tahun HDS ibu-ibu Sara dalam lingkungan GKI di Tanah Papua. Kita diberikan satu nilai bagi peran kaum ibu Sara, kaum Ibu yang Pendeta dan isteri-isteri Pendeta, yaitu “tanpa disuruh kita datang dan berjumpa dengan Tuhan Yesus Kristus”, bila untuk karya Penebusan dunia oleh Allah di dalam Tuhan Yesus Kristus tampak salah satu prosesnya dengan “pengurapan Yesus Kristus oleh perempuan”, maka kita dalam HDS 48 tahun mempersembahkan keharuman budi dan cinta kita kepada Tuhan dengan mewujudkan cinta Tuhan yang kita sebarkan kepada keluarga, sesama, Gereja dan dunia.

Ayat 13 Pengajaran Yesus Dari Perbuatan Perempuan

Perkataan Yesus pada saat peristiwa perempuan meminyaki Yesus, sewaktu mereka sedang makan bersama di rumah Simon si kusta, belum ada dalam teks suci. Tetapi Yesus adalah Firman yang telah menjadi manusia. Yesus memberitahukan kepada dunia, bahwa peristiwa “perempuan meminyaki Yesus” ada dalam tema “pemberitaan Injil Yesus Kristus”. Peristiwa ini harus diberitakan. Peristiwa ini adalah berkat Allah bagi manusia. peristiwa ini adalah peristiwa yang dimaklumkan Tuhan untuk terjadi. Karena itu peristiwa ini disebut “pengurapan Yesus oleh perempuan”. Sesuatu pengurapan yang normal selalu terjadi dari lembaga yang kompeten untuk melakukan pengurapan. Tetapi dalam karya Allah yang berlangsung di dalam Tuhan Yesus. Peristiwa pengurapan yang kompeten adalah peristiwa pengurapan yang dilakukan oleh perempuan. Maka marilah kita mengucap syukur kepada Tuhan Yesus Kristus.

PENERAPAN

Dalam rangka 48 tahun ibu SARA GKI di Tanah Papua, maka firman Tuhan telah memberikan kepada kita suatu arah dan rujukan tentang:

 

PEMBACAAN ALKITAB : MATIUS 26:6-13

YESUS DIURAPI

Konteks

26:6 Ketika Yesus berada di Betania, r  di rumah Simon si kusta, 26:7 datanglah seorang perempuan kepada-Nya membawa sebuah buli-buli pualam berisi minyak wangi yang mahal. Minyak itu dicurahkannya ke atas kepala Yesus, yang sedang duduk makan. 26:8 Melihat itu murid-murid gusar dan berkata: “Untuk apa pemborosan ini? 26:9 Sebab minyak itu dapat dijual dengan mahal dan uangnya dapat diberikan kepada orang-orang miskin.” 26:10 Tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka lalu berkata: “Mengapa kamu menyusahkan perempuan ini? Sebab ia telah melakukan suatu perbuatan yang baik pada-Ku. 26:11 Karena orang-orang miskin selalu ada padamu, s  tetapi Aku tidak akan selalu bersama-sama kamu. 26:12 Sebab dengan mencurahkan minyak itu ke tubuh-Ku, ia membuat suatu persiapan untuk penguburan-Ku. t  26:13 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya di mana saja Injil ini diberitakan di seluruh dunia, apa yang dilakukannya ini akan disebut juga untuk mengingat dia 1 .”

     Full Life : UNTUK MENGINGAT DIA.

Nas : Mat 26:13

Tuhan telah menetapkan bahwa kisah Maria ini (ayat Mat 26:6-13) harus selalu disebut ketika Injil diberitahukan. Hal ini dilakukan karena Maria sudah memberikan teladan yang lebih baik tentang bagaimana orang percaya harus mengabdi kepada Kristus. Tindakannya itu mengungkapkan pengabdian yang mendalam dan kasih yang sungguh-sungguh kepada Tuhannya. Kepercayaan Kristen terutama merupakan pelayanan pribadi kita kepada-Nya. Melalui peristiwa ini kita belajar bahwa kesetiaan yang sepenuh hati dan kasih yang sungguh-sungguh kepada Yesus merupakan aspek yang paling berharga dalam hubungan kita dengan-Nya

(lihat cat. –> Yoh 21:15).

[atau ref. Yoh 21:15]

Exit mobile version