
Perjalanan penuh refleksi tersebut berakhir di Lapangan Kampus Sekolah Tinggi Filsafat Theologia (STFT) I.S. Kijne Abepura. Meskipun teks awal tidak merinci, rangkaian acara ini juga mencakup “Malam Puji-pujian”, yang kemungkinan besar dilaksanakan setelah prosesi Jalan Salib selesai, melengkapi hari penuh perenungan tersebut dengan ungkapan syukur dan penyembahan melalui lagu-lagu pujian.
Tangisan Haru Saat Latihan dan Refleksi Peran, Since Gres Rumbrapuk, seorang Mahasiswa dari Universitas Cenderawasih Jayapura, Prodi MIPA (Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam) Jurusan Biologi, menghadapi tantangan tersendiri selama proses latihan peran. Ia mengaku awalnya “banyak main banyak tertawa” dan sempat ditegur serta merasa sulit ketika “dipaksakan untuk belajar menangis”. Since Gres berulang kali menyatakan pendiriannya, “saya manusia yg tidak bisa di paksakan… Untuk membuat segala sesuatu harus melalui dari jati diri saya sendiri”. Titik baliknya terjadi pada latihan kelima (“amin ke 5”), ketika ia mendengar lagu “Eloi-Eloi” dinyanyikan tim musik dan melihat adegan Yesus (diperankan Ismael Morin) disiksa oleh para prajurit. “Saya sangat terharu ketika mendengar lagu itu… [saya] pu hati ini rasa hancur terharu,” ungkapnya. Momen tersebut membuatnya “merasa sedih dam menangis tersedu sudu” hingga ditenangkan oleh pimpinan PAM yang hadir. Baginya, pengalaman ini adalah bukti Roh Kudus bekerja dalam dirinya yang terpilih memerankan Bunda Maria. Ia menyimpulkan dengan refleksi iman, “Sebagai manusia bawa kita tidak bisa menjadi bunda maria yg sesungguh nya tetapi berkat dan pertolongan tuhan bahwa da kekuatan kita bisa melatih diri kita menjadi seorang bunda Maria yang sedih.”
Selain refleksi mengenai proses latihannya, Since Gres juga menyampaikan pesan kepada teman-teman atau rekan PAM (Pemuda/i) sekalian, khususnya di Papua: “Kita harus berdiri tegak kokoh sebagai tulang punggung gereja yg kokoh dan mau menjadi apresiasi (inspirasi) bagi kehidupan kita yg lebih baik, menjadi seorang yg baik.” Ia juga menambahkan pesan khusus bagi para pemudi, “Perempuan muda harus menjadi seorang Bunda Maria yg sejati.” Lebih lanjut, ia teringat pesan dari ayahnya yang memotivasi dirinya, mengibaratkan nya seperti pohon pinang yang harus dipanjat. Pesan ini mendorongnya untuk menempuh ilmu kuliah hingga selesai dan membawa pulang hasil jerih payahnya, yaitu ijazah sarjana.
Lebih dari sekadar sebuah ritual keagamaan, kegiatan ini juga menjadi sarana efektif untuk mempererat tali persaudaraan di antara generasi muda Kristen di lingkungan Klasis Port Numbay. Kehadiran dan dukungan langsung dari Badan Pekerja (BP) Klasis GKI Port Numbay dalam acara ini semakin menegaskan pentingnya pembinaan iman dan kebersamaan bagi kaum muda gereja.
Turut berbagi kesan adalah Dina Samori, seorang Pengasuh GSM (Gerakan Siswa Melayani), yang merasa bangga dan bersyukur atas keterlibatannya. “Kesan itu sa Bangga sebagai Pemuda GKI bisa terlibat dalam Jalan Salib ini. Sa benar2 Bersyukur karena Tuhan Yesus masih Pilih sa untuk Terlibat dlm jalan Salib,” tuturnya menggunakan gaya bahasa lokal yang khas. Ia juga menyampaikan pesan semangat bagi kaum muda, “Untuk Pemuda kitong, kalau bukan tong yang Bergerak siapa lagi?” sambil menekankan pentingnya berdoa memohon Roh Melayani agar pelayanan dapat menjadi berkat bagi sesama. Dina mengungkapkan rasa haru nya menyaksikan respons masyarakat sekitar. “Tapi jujur kemarin sa senang karena sa duduk di mobil Blakos Bapa sa liat warga Abepura banyak skali yg menangis pas liat beberapa Adegan TUHAN YESUS di situ sa terharu dengan teman² tong pu latihan yg cuma 1bln,” katanya, mengapresiasi kerja keras tim meskipun dengan waktu latihan yang relatif singkat.
Prosesi yang berjalan menyusuri sebagian wilayah Abepura ini tak pelak menarik perhatian warga sekitar. Banyak masyarakat yang menyaksikan jalannya visualisasi dramatis tersebut, menunjukkan bagaimana kegiatan keagamaan kaum muda ini dapat menjadi kesaksian iman yang hidup di tengah komunitas yang lebih luas, sejalan dengan semangat Paskah.
Secara keseluruhan, Fragmen Jalan Salib dan Malam Puji-pujian yang diusung PAM Klasis Port Numbay berhasil menyampaikan pesan Paskah dengan cara yang menyentuh dan relevan bagi kaum muda. Sesuai dengan tagline acara, “Semangat Paskah Anak Muda Port Numbay: Beriman, Bersatu, Berkarya!”, kegiatan ini sukses menjadi momentum penguatan iman, pemersatu persekutuan, dan inspirasi untuk terus berkarya dalam pelayanan.