
SinodeGKITP.Com JAYAPURA, PAPUA – Suasana khusyuk dan penuh penghayatan mewarnai Kota Jayapura pada Jumat sore (11/04/2025) kemarin, saat Persekutuan Anggota Muda (PAM) Klasis Port Numbay menggelar prosesi Fragmen Jalan Salib. Kegiatan yang diikuti oleh Puluhan anggota muda ini menjadi bagian penting dalam rangkaian peringatan Paskah tahun 2025 di wilayah Port Numbay, bertujuan untuk merefleksikan dan menghayati kembali perjalanan sengsara Yesus Kristus.
Kepala Seksi Persekutuan Anggota Muda (PAM) Klasis Port Numbay, Sdr. Kurniawan Satria, menyampaikan rasa syukurnya atas kelancaran seluruh rangkaian acara Paskah pemuda. “Ungkapan Syukur kepada Tuhan karena Proses jalan salib baik dari awal, malam perenungan, fragmen dan malam puji-pujian Sampai selesai boleh berjalan dengan baik,” ujarnya. Ia mengakui adanya tantangan dalam persiapan, namun bersyukur hal tersebut tidak menjadi penghalang. “Walaupun dalam persiapan ada beberapa hal yang menjadi kekurangan tetapi tidak menjadi suatu hambatan untuk jalan salib yang dilakukan karena kebaikan Tuhan yang telah dinyatakan kepada kita,” tambah Kurniawan Satria.
Acara dimulai tepat pukul 15.00 WIT di titik kumpul yang telah ditentukan, yaitu Halaman Gedung Gereja Kristen Injili (GKI) Harapan Abepura. Sejak sebelum waktu mulai, para peserta yang didominasi kaum muda telah berkumpul, mempersiapkan diri untuk mengikuti seluruh rangkaian prosesi dengan tertib. Antusiasme terlihat jelas, diiringi kesiapan hati untuk merenungkan makna pengorbanan Kristus.
Koordinator kegiatan Jalan Salib, Raquela Sanggenafa, mengungkapkan makna mendalam di balik keterlibatannya dan harapan bagi para pemuda yang terlibat. “Menerima tanggung jawab pelayanan ini adalah kesempatan belajar mendengarkan dan bekerjasama dengan teman-teman pemuda, berefleksi secara pribadi tentang kematian Tuhan Yesus untuk menebus dosa, dan membangun tali persaudaraan dgn sesama persekutuan anggota muda lintas Jemaat dan Lingkungan di wilayah pelayanan Klasis Port Numbay,” ujar Raquela. Ia berharap fragmen tersebut dapat menjadi pengingat menjelang Paskah agar semua lebih dekat dengan Tuhan. “Semoga teman-teman pemuda yg terlibat dalam tim fragmen ini mendapatkan energi positif untuk tetap aktif dalam persekutuan dan bisa belajar berkomitmen dalam pelayanan sekecil apapun dalam tim fragmen ini untuk nantinya ke depan berproses dengan pelayanan lainnya yang Tuhan percayakan,” tambahnya.
Visualisasi dramatis menjadi inti dari Fragmen Jalan Salib ini. Beberapa anggota muda memerankan tokoh-tokoh kunci dalam peristiwa penyaliban, termasuk sosok Yesus yang memanggul salib. Prosesi berjalan kaki menyusuri rute yang telah ditetapkan, diiringi lantunan kidung rohani yang menambah kekhidmatan suasana. Sebuah spanduk besar bertuliskan “JALAN SALIB PAM KLASIS PORT NUMBAY TAHUN 2025” turut menyertai barisan, menjadi penanda identitas kegiatan.
Pengalaman mendalam juga dirasakan oleh Ismael Matias Morin, mahasiswa Program Studi Pendidikan Jasmani (Penjas) angkatan 2022 Universitas Cenderawasih. Pemuda yang berasal dari Jemaat GKI Simon Petrus Wadibu dan kini aktif bersekutu di PAM GKI Isak Samuel Kijne Abepura ini memerankan Yesus Kristus dalam fragmen tersebut. Ia menuturkan rasa sakit fisik yang dialaminya selama prosesi membawanya pada refleksi spiritual yang kuat. “Adik kemarin itu dapat cambuk itu adik rasa sakit sx tapi adik tahan sakit saja dan yang dalam adik pikiran ini yang adik rasakan sakit ini tidak terlalu dahsyat seperti apa yang Tuhan yesus rasakan,” ungkap Ismael, menggunakan sapaan akrab “adik” untuk dirinya. Ia menambahkan, meskipun merasakan sakit akibat cambukan hingga punggungnya bengkak dan tendangan dari pemeran prajurit, rasa sakit itu tak seberapa dibanding penderitaan Kristus yang sesungguhnya. “Kemarin adik dapat cambuk sampe adik menangis karna… adik rasa adik peran kemarin itu tersentu sx sampe pass di depan gapura Uncen itu adik menangis rasa itu sakit sx,” tuturnya, menggambarkan momen emosionalnya. Refleksi ini membawanya pada kesadaran mendalam akan pengorbanan Kristus: “Dan begitu banyak salah dan dosa yang adik lakukan sampe Tuhan yesus harus membayar nya dengan kematian di kayu salib,” pungkasnya penuh haru.
Para anggota PAM Klasis Port Numbay terlihat begitu khusyuk mengikuti setiap adegan dan perhentian dalam prosesi Jalan Salib. Momen ini menjadi wadah bagi mereka untuk tidak hanya menyaksikan, tetapi juga merasakan secara mendalam narasi penderitaan Yesus. Berjalan kaki bersama sambil merenung dan berdoa menjadi pengalaman spiritual kolektif yang memperkuat iman pribadi masing-masing peserta.
Kisah Panggilan dan Pergumulan Pemeran Bunda Maria, Pemeran Bunda Maria, Since Gres Rumbrapuk, juga membagikan kisah unik dan pergumulan iman di balik keterlibatannya. Gadis kelahiran Warkimbon, 12 Juli 2005, yang berasal dari Jemaat GKI Victory Warkimbon-Dernafi (Klasis Biak Utara) dan kini aktif sebagai Guru Sekolah Minggu kelas tanggung di GKI I.S. Kijne Abepura, awalnya mengaku ragu untuk ikut latihan saat pertama kali melihat informasi di grup PAM. “Saya hanya murung di [kamar], tidur sj tidah mau bersiap untuk… pergi latihan jln salib,” kenangnya. Namun, ia merasakan dorongan spiritual yang kuat untuk berpartisipasi. “Tetapi saya mendengar ada roh yg berbicara kepada saya bahwa harus saya pergi mengikuti latihan… sampai akirnya saya mendengar suara yg ke 3 kali baru saya sadar bahwa ada roh Kudus yg bekerja di hati saya bahwa saya harus pergi ikut latihan,” tuturnya tentang panggilan yang ia rasakan. Akhirnya, ia menerima peran Bunda Maria atas dorongan rekannya, sebuah keputusan yang ia sebut berasal dari “hati nurani saya sendiri”.