MINGGU, 21 JULI 2024 | KELENDER GEREJAWI : MINGGU BIASA
PEMBACAAN ALKITAB I PETRUS 4:7-11
TEMA : ORANG PERCAYA PENGURUS KASIH KARUNIA ALLAH DI DUNIA
LATAR BELAKANG
Hari ini adalah hari ke-203 hari ini, kita mencapai minggu ke-3 dari bulan Juli dan minggu ke-29 dalam tahun 2024. Kita dalam GKI melalui Renstra GKI tahun 2024, merumuskan bahwa tahun 2024 sebagai tahun “Pemberdayaan”, dalam triwulan III Juli-Agustus-September 2024 arah dan fokus pelayanan pemberdayaan itu dibangun dengan fokus kepada “Injil Yang Memberdayakan Keutuhan Ciptaan”. Fokus triwulan ke-3 ini diaplikasikan sesuai Firman Tuhan yang akan berlangsung atau digunakan dalam minggu ini dari 1Petrus 4:7-11, penekanannya kepada doa, kasih dan hidup menghormati kasih karunia Allah, sebagai orang percaya Allah mempercayakan tugas ini untuk mengurus hingga mencapai maranatha, dengan dasar itu kita melayani sesama, terus melaksanakan tanggungjawab yang dipercayakan di segala tempat termasuk dalam merealisasikan pelaksanaan Renja triwulan ke-3 yang berlangsung di Jemaat, Klasis dan Sinode.
PENJELASAN TEKS
Ayat 7 – 8 Doa dan Kasih
Rasul Petrus memberikan suatu aba-aba, atau peringatan, atau hal yang perlu mendapatkan perhatian, yaitu tentang empat hal, pertama tentang hidup dan kesudahan segala sesuatu sudah dekat kedua tentang penguasaan diri dan tenang ; ketiga tentang berdoa; ke-empat tentang bersungguh-sungguh dalam menerapkan kasih Allah. dari ke-empat hal itu, hal yang utama adalah “kasih”. Sepertinya Rasul Petrus atau penulis surat 1Petrus memberikan suatu “peringatan” tentang “kesudahan segala sesuatu yang mendekat”, dari segi waktu manusiawi kita, dan bagaimana kondisi peringatan dini itu diimbangi dengan “umat Tuhan menjadikan kasih Allah sudah mencapai puncak prakteknya yang selaras, sejalan atau hidup dalam tata laku, tata wicara dan seluruh tata hidup manusia”. Penulis surat 1Petrus memberikan penegasan tentang keutamaan kasih seperti pada ay (8) “yang terutama kasihilah sungguh-sungguh seorang akan yang lain, sebab kasih menutupi banyak sekali dosa”
Ayat 9-10 Hidup Sungut Tidak Menghormati Kasih Karunia Allah
Setiap orang yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus, Petrus menyebut hidup setiap orang percaya itu di dalam dunia sebagai “pengurus kasih karunia Allah”, artinya, orang percaya tidak punya kebaikan yang lebih, kebaikan orang percaya adalah menyalurkan, meneruskan, menghidupkan kebaikan Tuhan. Karena dirinya sendiri sama dengan diri orang lain, yaitu sama-sama mendapatkan kasih karunia Tuhan. Memang pembedanya dengan orang lain adalah pada iman kepada Kristus Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat dunia. Perbedaan iman, tidak boleh menjadi pemicu bagi kita dalam membuat pengelompokan umat manusia secara ekstrim dari segi iman atau keyakinan. Perbedaan ekstrim antar pemeluk agama hanya membangkitkan ekses intoleran yang menjadi salah satu tema agama-agama. Para pengikut Kristus tidak demikian dalam memperlakukan manusia. Manusia antara satu dengan lainnya, laki-laki dan perempuan secara kodrat tetap manusia yang mendapat penghormatan dan kasih untuk hidup dalam kebersamaan sebagai manusia yang berakhlak dan berbudi. Bila kita membedakan manusia hanya karena perbedaan keyakinan, dan mengabaikannya, maka kita telah melakukan “sungut”, hidup sungut-sungut identik dengan “hidup yang tidak menghormati kasih karunia Allah. karena itu Petrus memberikan “nilai baru mengelola manusia yang manusiawi”, yaitu “berilah tumpangan seorang akan yang lain dengan tanpa bersungut-sungut” (ay 9), layanilah seorang akan yang lain (ay 10), biarpun terdapat beda suku, bangsa dan bahasa, beda keyakinan, beda kulit, beda Ras, dan beda-beda lainnya. Yesus memberikan kasih karunia kepada seluruh isi dunia, bukan untuk kelompok tertentu, atau agama tertentu, kasih karunia Allah adalah “hadiah, gratis atau cuma-cuma”, maka berbuat baik kepada sesama wajib diteruskan dengan nilai “kasih karunia Allah”.
Ayat 11 Allah dimuliakan dalam segala sesuatu
Dalam meneruskan kasih karunia Allah kepada sesama. Maka kekristenan sedang mendaratkan atau membumikan kasih Allah secara benar. Hal meneruskan kasih karunia Allah kepada sesama, nilainya sama dengan “sebagai orang yang menyampaikan Firman Allah”, dan “sebagai orang yang melayani” (ay 11.a), dua sosok yang diperankan antara “yang rasuli” dan “yang diakonis” adalah wujud pelayanan tanpa membeda-bedakan manusia. dalam perbuatan yang demikian ada kesan yang kuat, yang ditinggalkan lalah yang empunya kemuliaan, dan kuasa selamanya” (ay 11,b) berbekas, yaitu : “Allah dimuliakan dalam segala-sesuatu karena Yesus Kristus.