MINGGU, 7 JULI 2024 | KELENDER GEREJAWI : MINGGU BIASA
PEMBACAAN ALKITAB : KIDUNG AGUNG 1: 1-8
TEMA : KEKUATAN DAN KESETIAAN CINTA
LATAR BELAKANG
Hari ini tepat hari ke-189, minggu ke-27, minggu ke-1 minggu awal bulan Juli dalam tahun 2024. Tahun 2024 GKI merumuskan melalui Renstra GKI sebagai tahun “Pemberdayaan” dan fokus triwulan III Juli-Agustus-September 2024 arahnya kepada “Injil Yang Memberdayakan Keutuhan Ciptaan”. Fokus triwulan ke-3 ini didasarkan pada pelayanan Firman Tuhan yang akan berlangsung atau digunakan dari teks Firman Tuhan minggu ini, yaitu dari Kidung Agung 1:9 – 2:7, penekanan pada kekuatan dan kesetiaan cinta, semangat dari kekuatan cinta memicu kita untuk merealisasikan pelaksanaan Renja triwulan ke-3 untuk Jemaat, Klasis dan Sinode untuk menjadi terbaik dalam triwulan ke-3 ini.
Kitab Kidung Agung, Ibrani: Shir Hassirim. Artinya Shir “lagu” dan Hassirim “lagu-lagu”, sehingga diterjemahkan menjadi “kitab lagu dari segala lagu- lagu”, atau ‘kidung dari segala kidung-kidung”, Inggrisnya “Song of Songs”. Rabi Akhiva dalam Konsili Jamnia, Javne menyebutkan struktur suci dalam kitab suci Ibrani dapat ditemukan dari singkatan “Tanakh”, struktur suci yang utama adalah Kitab-kitab “Thorah”, kemudian yang kedua adalah “Kitab Nabi-Nabi” dan ketiga adalah “Kitab-kitab Kethubim”. Tetapi untuk kitab suci Kidung Agung dalam struktur kitab-kitab “Ketubim”, dan seluruh Tanakh Rabi Akhiva menyebutnya sebagai “kitab yang paling kudus dari kitab-kitab kudus”. Karena itu, Kitab Kidung Agung mendapatkan tempat utama penggunaannya, yaitu pada Hari raya Utama Yudaisme, yaitu “dibaca pada hari raya Paskha”. Penulis Kitab Kidung Agung adalah “Raja Salomo”, ditulis sekitar tahun 1020 SM. Salomo dikabarkan “menggubah tiga ribu amsal, dan nyanyiannya ada seribu lima” (1Raj 4:32). Sebagai Raja yang termasyur, ia dikabarkan dalam 1Raj 11:3 memiliki “700 isteri dari kaum bangsawan dan 300 selir”. Ia menulis Kitab Kidung Agung setelah Bait Suci sudah didirikan dan memiliki sejumlah isteri dan selir. Kitab Kidung Agung dapat dipahami demikian “cinta masuk ke dalam laboratorium cinta dan dibedah, dijaga, dilestarikan, dan dijunjung, diberikan penghargaan yang tinggi, diberikan ruang yang bebas untuk sang cinta menentukan kearah mana ia bertumbuh”. Penokohan dalam Kitab Kidung Agung terdiri dari : Raja Salomo, Gadis Sunem, kekasih gadis Sunem adalah sang gembala, ibu gadis Sunem, putri-putri Yerusalem, putri-putri Sion sebagai perlambangan yang mewakili penduduk Yerusalem. Gadis Sunem adalah seorang gadis yang berasal dari Israel Utara dekat danau Galilea, ia tinggal di Baal-Hamon. Memiliki kekasihnya sang “gembala”.
Pembacaan kitab-kitab Ketubhim dalam Hari Raya Israel sudah ditentukan, yaitu: (1) Kidung Agung dibaca pada waktu Paskah, (2) Kitab Ruth dibaca pada Pentakosta, (3) Pengkhotbah pada Hari raya pondok Daun, (4) Kitab Ester pada Hari Raya Purim, (5) Kitab Ratapan pada saat peringatan pemusnahan Yerusalem. Kitab Kidung Agung disebutkan kebanyakan orang sebagai “Drama 7 babak dengan tema utama Balada Cinta Tak Terbeli”. Dari 8 pasal terbagi ke dalam 7 babak atau episode, antara lain: (1) babak 1: Gadis Sulam di Perkemahan Salomo (1:1-3:5); (2) babak II: Gembala kekasihnya datang (1:15-2:2), (3) babak III: Gadis Sulam rindu akan gembalanya (2:3- 3:5), (4) babak IV: Gadis Sulam di Yerusalem (3:6-5:1), (5) babak V: Mimpi sang gadis (5:2-6:3), (6) babak VI: Rayuan Salomo yang terakhir (6:4-8:4), (7) babak VII: Gadis Sulam pulang 8:5-14. Teks yang kita uraikan hari ini, masuk dalam drama babak I Kidung Agung 1:1-8
PENJELASAN TEKS
Ayat 1 Penulis Kitab Kidung Agung adalah Raja Salomo
Tidak dapat disangkal lagi, bahwa Kitab Kidung Agung penulisnya adalah Salomo, ia menulis saat Bait Allah sudah didirikan tahun 1020 SM. Termasuk di dalamnya, “Salomo menggubah 3000 amsal, dan menciptakan 1005 nyanyian” (1Raj 4:32).
Ayat 2 – 3 Gambaran Gadis Sunem tentang Kekasihnya. Episode pertama saat gadis Sunem diantar dalam perjalanan menuju ke kereta-kereta Kerajaan.
Suatu kekuatan cinta yang tidak tergadaikan dan tidak terbeli. Inilah “contoh kesetiaan cinta awal, atau cinta pertama semasa pacaran”. Meskipun saat ini si Gadis Sunem sedang di bawah atau diantar oleh para pengawal Raja untuk dimasukkan menjadi bagian dari “harem” atau isteri dari Raja Salomo, tetapi cinta gadis Sunem sedikitpun tidak beralih dari kekasihnya. Ia tetap setia kepada kekasihnya. Inilah yang ia terus utarakan “kiranya ia mencium aku dengan kecupan”, kata ganti orang kedua tunggal, “ia” adalah kekasih gadis Sunem, sang gembala, bukan Raja Salomo, bagi gadis Sunem kekasih yang dicintainya sang gembala tidak sama dengan Raja Salomo, karena gadis Sunem tidak memberikan cintanya pada Salomo, cinta dan kesetiaannya tetap pada kekasihnya sang gembala, sehingga gadis Sunem tambahkan lagi “karena cintamu lebih nikmat dari pada anggur”. Ini merupakan suatu keterikatan dan cinta yang merasuk, dan kesetiaan yang utuh untuk kekasih, salah satu nilai cinta dan kesetiaan tidak melihat harta dan jabatan yang kita peroleh dari ay (2). Dalam perjalanan si gadis Sunem selalu ingat sang kekasih si gembala, ia mengumpamakan kekasihnya dan cintanya seperti “harum bau minyak” yang melekat pada tubuh si pemakai. Demikian melekatnya cinta sang gadis Sunem kepada kekasihnya, sehingga gadis Sunem mengatasnamakan dirinya dengan nama “gadis-gadis cinta kepadamu” (ay 3)
Ayat 4-6 Gadis Sunem Di mahligai Raja. Episode dalam Perjalanan dan Di Maligai Raja
Meskipun kemegahan dan kekuasaan dan kekayaan dan kejayaan Salomo sedang ada didepan mata sang gadis Sunem, tetapi hatinya dan kesetiaannya kepada kekasihnya sang gembala tidak luntur, ia memulai frase yang hebat di ayat (4) “Tariklah aku di belakangmu, marilah kita cepat-cepat pergi! Sang raja telah membawa aku ke dalam maligai-maligainya”. Gadis Sunem tidak meminta yang tarik dia pergi adalah Raja Salomo, tetapi justru ia meminta yang tarik dia pergi adalah kekasihnya sang gembala. Sama seperti yang dilakukan oleh para pejabat kerajaan yang menariknya ke maligai Raja. Betapa hebatnya suatu gaya bahasa pengandaian dari gadis Sunem ini “kami akan bersorak-sorak dan bergembira karena engkau”, apabila seorang kekasih yang membawa seorang gadis yang dicintai ke rumahnya, mestinya kekasih itu yang menjadi tanda kebahagiaan, tetapi justru, gadis Sunem, memberikan sukacita, sorak-sorai dan kegembiraan kepada kekasihnya. Bukan kepada yang membawa ke rumah dan mahligai Raja. Gadis Sunem menambahkan syairnya: “kami akan memuji cintamu lebih daripada anggur! Layaklah mereka cinta kepadamu”. Suatu pengalihan yang dalam kondisi “emosi” suatu pesta dapat dibubarkan karena “ulah” tuan dan nyonya pesta itu.
Terjadi semacam suatu gosip yang viral tentang kehadiran “gadis Sunem di mahligai Raja”, dan gosip itu bersifat rasis “menggambarkan gadis Sunem sebagai yang berkulit hitam”, tetapi saat dirias maka tampak kemolekkannya. Gosip yang menekannya sampai ke pendengaran si gadis Sunem, inilah yang ia katakan “memang hitam aku, tetapi cantik (ay 5a)… janganlah kamu perhatikan bahwa aku hitam, karena terik matahari membakar aku” (ay 6). Pengakuan yang jujur dari gadis Sunem tentang dirinya sendiri bahwa ia memang hitam karena terik matahari membakar aku. Putera-putera ibuku marah kepadaku (ay 6b), tetapi semenjak di istana atau di Yerusalem, la si gadis Sunem lebih hitam lagi karena gadis-gadis Yerusalem dan raja mereka menjadikannya sebagai “penjaga kebun-kebun anggur, sementara kebun anggurku sendiri tak ku jaga” (ay 6c)
Ayat 7 8 Si Gadis Sunem ingin mendengar cerita dari kerja seharian kekasihnya sang gembala.
Kisah cinta sangat hidup, dan dihidupkan oleh sosok gadis yang “menghormati cinta, dan memeliharanya dengan kesetiaan, dan menaburkannya dengan kekuatan kerinduan yang tidak akan digeserkan oleh kekuatan apapun”. Seperti biasa, bila seseorang hendak ada dalam situasi cinta yang tumbuh dimasa pacaran, ada saja cerita, dan ingin sekali situasi bersama dengan kekasih itu berlama-lama, apalagi bila hadir bersama secara fisik dan dekat. Kali ini, kerinduan sang gadis Sunem, menggambarkan kedekatan cintanya seperti itu, tetapi dalam keadaan yang berbeda, si gadis Sunem ada di istana dan maligai Raja sedangkan kekasihnya sang gembala ada di tempat gembalaannya. Karena itu dalam suatu situasi sendu, manja dan penuh cinta dari kejauhan si gadis Sunem melepaskan kerinduaannya dengan mengutarakan ini : “Ceriterakanlah kepadaku, jantung hatiku, di mana kakanda menggembalakan domba, di mana kakanda membiarkan domba- domba berbaring pada petang hari.” (ay 7a). cerita itu yang akan membuat si gadis Sunem “memasuki suatu situasi mengapa aku akan jadi serupa pengembara dekat kawanan-kawanan domba teman-temanmu?” (ay 7b). sehingga, dengan imajinasi yang kuat si gadis Sunem mengakhiri pada ayat (8) dengan suatu pernyataan simbolik yang dahsyat untuk berjumpa dengan kekasihnya dari jejak dan tanda “Jika engkau tak tahu, hai jelita di antara wanita, ikutilah jejak-jejak domba, dan gembalakanlah anak-anak kambingmu dekat perkemahan para gembala” (ay 8)
PENERAPAN
Sebagai persekutuan yang kuat karena cinta dan kesetian Tuhan yang kuat. Sebagaimana Yesus ajarkan cintanya Jawab Yesus kepadanya: “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi. (Matius 22:37-40) seperti gadis Sunem dan kesetiaan dan cintanya yang tidak teralihkan oleh kebesaran, kekuasaan, jabatan, kekayaan, kehormatan yang ada di dalam dunia, maka hal yang sama juga diamanatkan kepada kit, bahwa :
- Kepada Pemuda-Pemudi Yang Sedang Berpacaran. Gunakanlah Kesetiaan dan cinta kita sebagai rajutan untuk saling melengkapi dan saling belajar. Janganlah hancurkan diri sendiri, cinta dan kesetiaan di masa pacaran (2) Kepada Bapa dan Mama. Gadis Sunem mengingatkan pentingnya cinta kasih dan kesetiaan mula-mula. Cinta itu tidak akan tergadaikan oleh kebesaran, jabatan, harta dan silauan apapun. Cinta tetap cinta, ia lebih dari semuanya. Maka kuduskanlah cinta demi keutuhan keluarga yang terbangun selama ini.
- Kepada Bapa dan Ibu yang memiliki Jabatan. Janganlah kekuatan, kekuasaan dan harta yang bergelimpangan untuk “tidak membangun cinta dan kesetiaan”. Bangunlah cinta dan kesetiaan. Janganlah karena harta dan jabatan, isterimu atau suamimu atau anak-anakmu atau keluargamu “rela anda korbankan”. Gadis Sunem sudah memberikan pelajaran kehidupan. (4) Marilah kita membangun cinta dan kesetiaan iman kita hanya kepada Bapa, Anak dan Roh Kudus, Allah yang esa dan kekal;, di dalam nama Tuhan Yesus Kristus sebagai, Tuhan dan Juruselamat dunia.
- (5) Kita tidak berlaku tidak setia, tetapi setia dan mencintai dengan cinta yang kekal akan amanat Firman Tuhan dan mewujudkan cinta yang tak terperikan di dalam dunia ini, dan hanya kepada Tuhan Yesus Kristus. (6) Marilah kita mengabarkan cinta dan kesetiaan kita kepada Tuhan dalam hidup kita hari lepas hari. Amin.
DISKUSI UNTUK IBADAH PAM, PW DAN PKB
Bila kita sudah menemukan betapa gadis Sunem menyajikan “teladan cinta dan teladan kesetiaan”. Maka kita tidak punya pilihan selain, meminta maaf dan ampun kepada Tuhan, bila selama ini kita gagal dalam hal “melestarikan kesetiaan” dan gagal dalam hal melestarikan cinta yang utuh. Mari kita
diskusikan tentang :
- Apakah Cinta bisa tumbuh tanpa kesetiaan? Diskusikanlah bagaiman gadis Sunem menumbuhkan cinta dengan kesetiaan.
- Apakah itu “Kesetiaan?”. Diskusikanlah.