
PENJELASAN TEKS
Ayat 1 Penulis Kitab Kidung Agung adalah Raja Salomo
Tidak dapat disangkal lagi, bahwa Kitab Kidung Agung penulisnya adalah Salomo, ia menulis saat Bait Allah sudah didirikan tahun 1020 SM. Termasuk di dalamnya, “Salomo menggubah 3000 amsal, dan menciptakan 1005 nyanyian” (1Raj 4:32).
Ayat 2 – 3 Gambaran Gadis Sunem tentang Kekasihnya. Episode pertama saat gadis Sunem diantar dalam perjalanan menuju ke kereta-kereta Kerajaan.
Suatu kekuatan cinta yang tidak tergadaikan dan tidak terbeli. Inilah “contoh kesetiaan cinta awal, atau cinta pertama semasa pacaran”. Meskipun saat ini si Gadis Sunem sedang di bawah atau diantar oleh para pengawal Raja untuk dimasukkan menjadi bagian dari “harem” atau isteri dari Raja Salomo, tetapi cinta gadis Sunem sedikitpun tidak beralih dari kekasihnya. Ia tetap setia kepada kekasihnya. Inilah yang ia terus utarakan “kiranya ia mencium aku dengan kecupan”, kata ganti orang kedua tunggal, “ia” adalah kekasih gadis Sunem, sang gembala, bukan Raja Salomo, bagi gadis Sunem kekasih yang dicintainya sang gembala tidak sama dengan Raja Salomo, karena gadis Sunem tidak memberikan cintanya pada Salomo, cinta dan kesetiaannya tetap pada kekasihnya sang gembala, sehingga gadis Sunem tambahkan lagi “karena cintamu lebih nikmat dari pada anggur”. Ini merupakan suatu keterikatan dan cinta yang merasuk, dan kesetiaan yang utuh untuk kekasih, salah satu nilai cinta dan kesetiaan tidak melihat harta dan jabatan yang kita peroleh dari ay (2). Dalam perjalanan si gadis Sunem selalu ingat sang kekasih si gembala, ia mengumpamakan kekasihnya dan cintanya seperti “harum bau minyak” yang melekat pada tubuh si pemakai. Demikian melekatnya cinta sang gadis Sunem kepada kekasihnya, sehingga gadis Sunem mengatasnamakan dirinya dengan nama “gadis-gadis cinta kepadamu” (ay 3)
Ayat 4-6 Gadis Sunem Di mahligai Raja. Episode dalam Perjalanan dan Di Maligai Raja
Meskipun kemegahan dan kekuasaan dan kekayaan dan kejayaan Salomo sedang ada didepan mata sang gadis Sunem, tetapi hatinya dan kesetiaannya kepada kekasihnya sang gembala tidak luntur, ia memulai frase yang hebat di ayat (4) “Tariklah aku di belakangmu, marilah kita cepat-cepat pergi! Sang raja telah membawa aku ke dalam maligai-maligainya”. Gadis Sunem tidak meminta yang tarik dia pergi adalah Raja Salomo, tetapi justru ia meminta yang tarik dia pergi adalah kekasihnya sang gembala. Sama seperti yang dilakukan oleh para pejabat kerajaan yang menariknya ke maligai Raja. Betapa hebatnya suatu gaya bahasa pengandaian dari gadis Sunem ini “kami akan bersorak-sorak dan bergembira karena engkau”, apabila seorang kekasih yang membawa seorang gadis yang dicintai ke rumahnya, mestinya kekasih itu yang menjadi tanda kebahagiaan, tetapi justru, gadis Sunem, memberikan sukacita, sorak-sorai dan kegembiraan kepada kekasihnya. Bukan kepada yang membawa ke rumah dan mahligai Raja. Gadis Sunem menambahkan syairnya: “kami akan memuji cintamu lebih daripada anggur! Layaklah mereka cinta kepadamu”. Suatu pengalihan yang dalam kondisi “emosi” suatu pesta dapat dibubarkan karena “ulah” tuan dan nyonya pesta itu.
Terjadi semacam suatu gosip yang viral tentang kehadiran “gadis Sunem di mahligai Raja”, dan gosip itu bersifat rasis “menggambarkan gadis Sunem sebagai yang berkulit hitam”, tetapi saat dirias maka tampak kemolekkannya. Gosip yang menekannya sampai ke pendengaran si gadis Sunem, inilah yang ia katakan “memang hitam aku, tetapi cantik (ay 5a)… janganlah kamu perhatikan bahwa aku hitam, karena terik matahari membakar aku” (ay 6). Pengakuan yang jujur dari gadis Sunem tentang dirinya sendiri bahwa ia memang hitam karena terik matahari membakar aku. Putera-putera ibuku marah kepadaku (ay 6b), tetapi semenjak di istana atau di Yerusalem, la si gadis Sunem lebih hitam lagi karena gadis-gadis Yerusalem dan raja mereka menjadikannya sebagai “penjaga kebun-kebun anggur, sementara kebun anggurku sendiri tak ku jaga” (ay 6c)
Ayat 7 8 Si Gadis Sunem ingin mendengar cerita dari kerja seharian kekasihnya sang gembala.
Kisah cinta sangat hidup, dan dihidupkan oleh sosok gadis yang “menghormati cinta, dan memeliharanya dengan kesetiaan, dan menaburkannya dengan kekuatan kerinduan yang tidak akan digeserkan oleh kekuatan apapun”. Seperti biasa, bila seseorang hendak ada dalam situasi cinta yang tumbuh dimasa pacaran, ada saja cerita, dan ingin sekali situasi bersama dengan kekasih itu berlama-lama, apalagi bila hadir bersama secara fisik dan dekat. Kali ini, kerinduan sang gadis Sunem, menggambarkan kedekatan cintanya seperti itu, tetapi dalam keadaan yang berbeda, si gadis Sunem ada di istana dan maligai Raja sedangkan kekasihnya sang gembala ada di tempat gembalaannya. Karena itu dalam suatu situasi sendu, manja dan penuh cinta dari kejauhan si gadis Sunem melepaskan kerinduaannya dengan mengutarakan ini : “Ceriterakanlah kepadaku, jantung hatiku, di mana kakanda menggembalakan domba, di mana kakanda membiarkan domba- domba berbaring pada petang hari.” (ay 7a). cerita itu yang akan membuat si gadis Sunem “memasuki suatu situasi mengapa aku akan jadi serupa pengembara dekat kawanan-kawanan domba teman-temanmu?” (ay 7b). sehingga, dengan imajinasi yang kuat si gadis Sunem mengakhiri pada ayat (8) dengan suatu pernyataan simbolik yang dahsyat untuk berjumpa dengan kekasihnya dari jejak dan tanda “Jika engkau tak tahu, hai jelita di antara wanita, ikutilah jejak-jejak domba, dan gembalakanlah anak-anak kambingmu dekat perkemahan para gembala” (ay 8)