MINGGU, 18 FEBRUARI 2024
KELENDER GEREJAWI : MINGGU SENGSARA II – UNGU
PEMBACAAN ALKITAB : AYUB 29 : 1 – 25
TEMA : KEBERPIHAKKAN PADA YANG LEMAH BERDAMPAK MEMPERSATUKAN
LATAR BELAKANG
Tidak kita sadari bahwa hari ini kita sudah memasuki hari ke-49. minggu ke-7 dengan tema “pemberdayaan” dengan fokus triwulan 1 (satu) adalah : dalam bulan ke-2 Februari tahun 2024, minggu sengsara ke-2. Kita konsisten “TUHAN Sumber Utama Pemberdayaan”. Bagi kita Firman Tuhan dari Ayub 29: 1 – 25 memberikan dasar untuk terus memasyurkan Tuhan karena “keakraban persekutuan yang terbangun”, persekutuan itu terjadi karena yang lemah dikuatkan, yang duka dihiburkan, yang menderita diberikan pengharapan. Pelayanan pemberdayaan akan tampak karena di dalamnya turut mengangkat dan menumbuhkan yang lemah dengan energi baru datangnya dari Tuhan. Demikian juga dalam seluruh rumusan kegiatan pada Renja di Jemaat, Klasis dan Sinode akan terus giat menggumuli masalah sosial yang tak kunjung sirna.
PENJELASAN TEKS
Ayat 1-6: Kesaksian Kekariban Ayub dengan Allah di masa lalu sebelum penderitaan
Ayub ingat akan masa lalu sebelum penderitaan, ia simpulkan “betapa Allah bergaul karib dengan aku di dalam kemahku” (ay 4), disana ia merasakan dekatnya perlindungan Allah baginya dari hari ke hari, bulan ke bulan. Ayub merasakan bahwa hanya ada terang Allah seperti pelita yang bersinar yang menuntunnya berjalan di tempat yang gelap. Indahnya saat Elshadai yang menyertai sekeliling rumah, keluarga dan saat-saat bersama anak-anak yang hari ini sudah tidak lagi ia rasakan kebersamaan itu, dalam penderitaan dan kesendirian sepi tanpa anak-anak. Ayub simbolkan kemakmurannya seperti “langkah-langkahku bermandikan dadih dan gunung batu mengalirkan sungai minyak”. Dadih adalah bahan makanan atau sesuatu yang dapat dimakan dengan madu (Yes 7:15, Hakim-Hakim 5:25), dadih diolah dengan susu (Kej 18:8). Betapa kayanya masa lalu Ayub dari kesaksian pribadinya yang ia gambarkan pada ay (6)
Ayat 7-16 Ayub, Kejayanan dan Pelayanan
Tokoh Ayub memainkan peran pemersatu yang handal. pemersatu yang ia perlihatkan justru dengan sentuhan pelayanan dan keberpihakan kepada yang tertinggal dan yang benar-benar memerlukan sentuhan kasih dan pertolongan. Ayub memperlihatkannya dalam semua kisah yang ia ungkapkan pada bagian ini seperti terlihat : “aku menyelamatkan orang sengsara yang berteriak minta tolong” (ay 12). “aku mendapat ungkapan berkat dari orang yang nyaris binasa” (ay 13). “aku menjadi mata bagi orang buta, dan kaki bagi orang lumpuh” ay (15). “aku menjadi bapa bagi orang miskin” ay (16), dari sini dapat dibayangkan gerakan persatuan menjadi satu kekuatan yang lahir dari sentuhan dan pelayanan yang dikedepankan Ayub.
Sisi lain yang perlu mendapatkan aplikasi yaitu: Ayub yang kaya tidak tinggal dalam kemakmuran dan menginjak-injak yang miskin. Potret kepemimpinan kita di masa yang terbuka saat ini telah mendorong status sosial dan kemapanan materi dan karakter hedonis telah berdampak bagi, hilangnya kepekaan dan nilai kemanusiaan terhadap yang lemah, yang papa dan yang miskin. Teks ini mendorong dan membuka mata batin-hati kita, agar khilaf dan berbalik untuk pekah terhadap lingkungan papah dan bangkit melakukan “tindakan diakonat” yang lahir dari “kasih kepada Allah dan kasih kepada sesama.
Ayat 17-22 Ayub dan Kebijaksanaan
Ayub memperlihatkan sisi lain dari masa lalunya, profil dirinya sebagai pribadi yang berhikmat dan bijaksana. Ia membela keadilan dan meremukkan pelaku ketidakadilan dan curang (ay 17), tetapi pada ay (18). Ayub menyajikan suatu refleksi atas hidupnya yang akan ia peroleh dimasa depan setelah penderitaannya, ia bangun dengan satu kerangka berpikir yang lahir dari tradisi “kehidupan kembali burung Feniks. Kerangkanya adalah: “pikiran Ayub, Sarang dan burung Feniks” (ay 18). burung Feniks akan membuat tumpukan rempah di sarangnya saat kematiannya, tetapi dengan kekuatan rempah itu burung Feniks mendapatkan kehidupan kembali, barangkali tradisi berpikir seperti ini yang ada dalam kerangka berpikir Ayub, untuk menunjukkan masa penderitaan seperti tidur dalam rempah semua kebaikannya dahulu, itu adalah kebijaksanaan manusiawi, dari sana lahirkan energi baru untuk kembali ke kehidupan yang terpulihkan dari penderitaan. Rupanya Ayub adalah penasihat yang baik, dan orang kebanyakan mendengarkan nasihatnya.
Ayat 23-25 Ayub Pemimpin seperti raja menampilkan wajah penuh senyum kepada rakyatnya
Ayub menggambarkan bagaimana kehadirannya bagi sesamanya. Ada dua metafora dari Ayub, ia kisahkan metafora itu untuk menerangkan keindahan perhatian dan pelayanannya menjawab kebutuhan setiap orang di masanya : metafora pertama (ay 23) datang dari konteks orang di padang gurun pasir. mereka membutuhkan air yang tidak mereka beli, tetapi mereka peroleh gratis, yaitu dengan menantikan hujan turun, saat hujan turun mereka menadahkan air dengan mulut mereka. Suatu metafora kepemimpinan. Seorang pemimpin kehadirannya adalah hadirkan jawaban atas kebutuhan atau yang diperlukan orang, sama seperti orang tanpa air dan tiba-tiba ada air hujan yang turun gratis. Metafora kedua (ay 24) Pemimpin yang hadirkan raut wajahnya dengan senyum harapan kepada rakyatnya. Maka rakyat menjadi rakyat yang dibebaskan dari muka suram tanpa harapan.
PENERAPAN
Kita dapat merasakan penghiburan yang diperoleh Nabi Ayub di masa penderitaannya, yaitu, dengan cara ia sendiri menceritakan kembali tentang masa-masa kejayaannya, masa dimana ia menjadi pribadi yang bijaksana ditengah-tengah umat. Mungkin kita juga demikian dalam hal tertentu kita muncul sebagai pribadi yang bijaksana. Nabi Ayub menemukan harapan untuk sembuh total seperti pada pengalaman hidup dari alam burung Feniks, bahwa saat menderita akan segera berakhir dan saat pemulihan segera datang. Kita juga seringkali ada dalam kondisi membutuhkan pertolongan orang lain, tetapi saat kita pulih kembali, mungkin kita menjadi alat untuk menolong bagi yang lain. Amin.
PEMBACAAN ALKITAB : AYUB 29 : 1 – 25
TEMA : KEBERPIHAKKAN PADA YANG LEMAH
BERDAMPAK MEMPERSATUKAN
Konteks : Kemuliaan yang dahulu dan kesengsaraan yang sekarang[1]
29:1 Maka Ayub melanjutkan uraiannya: g
29:2 “Ah, kiranya aku seperti dalam bulan-bulan yang silam, h seperti pada hari-hari, ketika Allah melindungi aku 1 , i
29:3 ketika pelita-Nya bersinar di atas kepalaku, dan di bawah terang-Nya aku berjalan dalam gelap; j
29:4 seperti ketika aku mengalami masa remajaku, ketika Allah bergaul k karib dengan aku di dalam kemahku; l
29:5 ketika Yang Mahakuasa masih beserta aku, dan anak-anakku m ada di sekelilingku; n
29:6 ketika langkah-langkahku bermandikan dadih, o dan gunung batu p mengalirkan sungai minyak q di dekatku.
29:7 Apabila aku keluar ke pintu gerbang r kota, dan menyediakan tempat dudukku di tengah-tengah lapangan,
29:8 maka ketika aku kelihatan, mundurlah s orang-orang muda dan bangkitlah t orang-orang yang sudah lanjut umurnya, lalu tinggal berdiri;
29:9 para pembesar berhenti bicara, u dan menutup mulut mereka dengan tangan; v
29:10 suara para pemuka membisu, w dan lidah mereka melekat pada langit-langitnya; x
29:11 apabila telinga mendengar tentang aku, maka aku disebut berbahagia; dan apabila mata melihat, maka aku dipuji. y
29:12 Karena aku menyelamatkan orang sengsara z yang berteriak minta tolong, juga anak piatu a yang tidak ada penolongnya; b
29:13 aku mendapat ucapan berkat c dari orang yang nyaris binasa, dan hati seorang janda d kubuat bersukaria;
29:14 aku berpakaian kebenaran e dan keadilan menutupi aku seperti jubah dan serban; f
29:15 aku menjadi mata g bagi orang buta, dan kaki bagi orang lumpuh; h
29:16 aku menjadi bapa bagi orang miskin, i dan perkara j orang yang tidak kukenal, k kuselidiki.
29:17 Geraham orang curang kuremuk, dan merebut mangsanya l dari giginya. m
29:18 Pikirku: Bersama-sama dengan sarangku aku akan binasa, dan memperbanyak hari-hariku seperti burung feniks. n
29:19 Akarku mencapai air, o dan embun bermalam di atas ranting-rantingku. p
29:20 Kemuliaanku selalu baru q padaku, dan busurku r kuat kembali di tanganku. s
29:21 Kepadakulah orang mendengar sambil menanti, dengan diam mereka mendengarkan nasihatku. t
29:22 Sehabis bicaraku tiada seorangpun angkat bicara lagi, u dan perkataanku menetes ke atas mereka. v
29:23 Orang menantikan aku seperti menantikan hujan, dan menadahkan mulutnya seperti menadah hujan w pada akhir musim.
29:24 Aku tersenyum kepada mereka, ketika mereka putus asa, dan seri mukaku x tidak dapat disuramkan mereka. y
29:25 Aku menentukan jalan mereka dan duduk sebagai pemimpin; z aku bersemayam seperti raja a di tengah-tengah rakyat, seperti seorang yang menghibur mereka yang berkabung. b ”
___________
[1] Alkitab Online : (Sumber : https://alkitab.sabda.org/passage.php?passage=ayub%2029:1-25 )
____________________________
PRAPASKAH
Masa ini dirayakan 7 minggu berturut-turut sebelum Paskah . Prapaskah merupakan masa penyadaran diri dan pertobatan. Manusia berdosa menerima anugerah keselamatan melalui kematian dan pengorbanan KRISTUS di salib dan diundang untuk menerima kehidupan yang baru.
Warna dasar : Ungu Tua | Lambang/Logo : Ikan (ICHTUS) | Warna pinggir ikan dan huruf : Kuning | Tulisan : YESUS KRISTUS ANAK ALLAH – JURU SELAMAT
Arti: Tanda ini merupakan suatu sandi rahasia di kalangan orang Kristen mula-mula yang mengalami penganiayaan; sehingga untuk menandai diri mereka sebagai orang-orang yang percaya kepada YESUS dipergunakan lambang ikan ini, yang dalam bahas Yunani “IXOUS’ (Ichtus) yang berarti ikan, tetapi secara hurufiah merupakan suatu singkatan dari YESUS KRISTUS, ANAK ALLAH, Juruselamat.
______________________________________