
SinodeGKITP.Com Jayapura, Papua, Indonesia – Youth Asia Network 2025, sebuah lokakarya yang diselenggarakan oleh United Evangelical Mission (UEM) bersama Gereja Kristen Injili di Tanah Papua (GKITP) dan World Student Christian Federation (WSCF) Asia Pasifik, telah sukses digelar di Jayapura, Indonesia, pada tanggal 24 hingga 31 Maret 2025. Mengangkat tema sentral “Keadilan Iklim,” lokakarya ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, memperkuat keterampilan advokasi, membangun jaringan, dan memperdalam spiritualitas para pesertanya dalam menghadapi tantangan krisis iklim dan isu hak asasi manusia yang saling terkait.
Dalam khotbahnya, Pendeta Dr. C. Ruhulesin memberikan landasan teologis bagi pentingnya menjaga lingkungan. Beliau mengingatkan para peserta akan peran manusia sebagai mandataris Allah untuk merawat bumi. “Tuhan telah menciptakan bumi ini dengan sangat baik sehingga itulah sebabnya kita perlu menyelamatkan dan memelihara bumi,” ujarnya mengutip Kitab Kejadian 2:15, yang menekankan tanggung jawab manusia untuk mengelola dan melestarikan ciptaan.
Lokakarya Youth Asia Network 2025 ini dihadiri oleh anggota gereja UEM dari Indonesia, Sri Lanka, Filipina, serta perwakilan WSCF Asia Pasifik dari Myanmar, India, dan Bangladesh. Turut hadir pula perwakilan dari Gerakan Pelajar Kristen Indonesia (GMKI) dan relawan UEM dari Jerman dan Tanzania. Acara pembukaan lokakarya dilakukan oleh Pdt. Andrikus Mofu, Ketua GKITP. Diharapkan, lokakarya ini dapat menjadi wadah yang efektif untuk memberdayakan generasi muda Asia dalam memperjuangkan keadilan iklim dan hak asasi manusia.
Dalam sambutan pembukaannya, Ketua Sinode GKI Di Tanah Papua, Pdt. Andrikus Mofu M.Th, menyampaikan keprihatinannya yang mendalam terhadap kondisi lingkungan di Papua. Ia menekankan paradoks yang terjadi di mana Papua, yang memiliki kekayaan alam luar biasa dan berperan sebagai salah satu penyumbang oksigen terbesar bagi dunia, justru mengalami kerusakan lingkungan yang parah akibat eksploitasi. “Papua adalah salah satu paru-paru dunia. Kita menyediakan oksigen ke dunia tetapi di sisi lain, Papua telah sangat dieksploitasi. Lingkungan rusak demi perusahaan raksasa, kepentingan nasional dan global. Ini adalah ketidakadilan yang nyata dan gereja tidak bisa tinggal diam,” tegas Pdt. Mofu.
Papua, sebagai tuan rumah acara ini, menjadi fokus utama dalam diskusi. Wilayah yang kaya akan keanekaragaman hayati dan budaya ini menghadapi ancaman iklim yang signifikan, termasuk deforestasi, hilangnya keanekaragaman hayati, kenaikan permukaan laut, dan kerusakan terumbu karang. Tantangan lingkungan ini, yang dipicu oleh praktik eksploitasi sumber daya yang tidak berkelanjutan, berdampak paling besar pada masyarakat adat yang kehidupannya bergantung pada ekosistem tersebut.
Pendeta Joyce da Costa, Sekretaris Departemen Kemitraan dan Hubungan Oikumene Sinode GKI di Tanah Papua, menjelaskan bahwa kegiatan Youth Asia Network 2025 ini memiliki signifikansi khusus. “Kegiatan ini merupakan kegiatan internasional yang biasanya dilakukan oleh KPCK Sinode GKITP, yang berada di bawah Departemen Pelayanan Kasih dan Keadilan Sinode GKI. Namun, kali ini kami merupakan progrom kolaborasi bersama lingkup departeman di Sinode GKITP yang mengangkat mitra dalam kegiatan pemuda internasional, menunjukkan komitmen GKI dalam melibatkan generasi muda dalam isu-isu global yang penting ini,” ungkap Pdt. Joyce da Costa.